Lalu apa yang menggerogoti hati yang kian menipis,menepis rasa yang tidak terbendung namun arah angin tidak laju selaju harapan.Arahnya pada balik semu,dia sedang menipuh rasa akan ketegangan yang dipertonton.Sebenarnya sudah aku duga tentang omongan lembutmu itu,tersusun dari rasio bukan hati yang tulus.Rasio yang akan berpola sajak prosa mengira dalam perkiraan.
Sejak kapan dirimu diajak bersekongkol dengan topeng murahan itu.Rupanya kamu masih polos dan kata cinta dan rasa yang tulus.Mungkin topeng milik anak dari ibu kosmu,atau saja milik adikmu yang terselip dalam koper barang bawaanmu kemarin.Aku agak heran dan menjadi lupa dengan kapan kamu memberi senyum tulusmu atau semuanya hanyalah akting yang telah pupus.
Sebenarnya aku tertawa picik dengan topengmu,kamu tidak pandai bertopeng.Bolehkah aku mengajarkanmu menggunakannya,agar celah wajahmu tidak pernah terlihat ? Aku mantan penopeng yang lihai dalam ribuh alasan manis yang tak pernah ditebak rupaku.Memang aku yang termaster dari semua penopengan bahkan dari maling kelas atas pun.Lupakan itu,namun aku memintamu untuk jujur padaku tentang rupa aslimu yang sepermpat kamu sembunyikan itu.Agar tidak penatlah hati ini dalam bertaburan hamar emas yang menanti kebusukanmu.